JAKARTA- Jatuh bangun sebagai penjual bakso sudah dirasakan Joni Armadi Mingun (52), yang sudah berpindah-pindah kota untuk mencoba peruntungannya. Tahun 1984 dia mulai hijrah dari Wonogiri ke asar Minggu Jakarta Selatan, Joni bekerja di bengkel. Setahun kemudian membuka usaha bengkelnya sendiri tetapi sepi pelanggan. Akhirnya, dunia perbengkelan ia tinggalkan. Joni beralih, kali ini
- Berhasil Tenangkan pembeli yang panik gara-gara virus Corona, kisah pedagang sembako Ini viral dan banjir Rekaman video yang menampilkan seorang pemilik toko sembako dikerubungi pengunjungnya viral di media sosial. Dalam video yang diunggah akun Twitter arjuno_ireng01 tersebut, dikabarkan bahwa si pemilik toko yang merupakan perempuan setengah baya itu menjual barang sembakonya secara normal di tengah-tengah momen panic buying terkait geger Virus Corona covid-19. Dirinya disebutkan tak mengambil kesempatan di tengah momen panic buying. • Ibarat Kecepatan Pesawat Canggih yang Mendahului Suara, Begini Penularan virus Corona dari Wuhan • China Bangun rumah sakit untuk Pasien virus Corona di Wuhan Hanya 6 Hari, Terungkap Ini Rahasianya • Khawatir virus Corona Pesawat Batik Air Dikarantina Selama 14 Hari Usai Terbang dari Wuhan China • Sudah Koordinasi dengan rumah sakit, Polda Kaltim Sebut Belum Ditemukan Pasien Suspect virus Corona Meskipun toko sembakonya diserbu pengunjung yang rela memborong dengan harga lebih tinggi, perempuan itu membatasi barang yang boleh dibeli. Ia pun mendapat pujian dari pengunjung yang mengerubunginya dan menyusul warganet yang melihat videonya. Setelah ditelusuri, perempuan dalam video itu bernama Susanna Indrayani. Perempuan berusia 57 tahun itu membuka toko sembako bernama Toko Erwin di Jalan K Teluk Gong, RT 06 RW 09, Penjaringan, Jakarta Utara. Saat ditemui pada Rabu 4/3/2020 sore, Susanna tampak cukup kebingungan ketika tahu video mengenai dirinya viral. "Saya juga enggak tahu jadi viral begini," katanya sambil tersenyum ketika ditemui awak media, Rabu sore. Mereka menyarankan agar saya masturbasi saja dan jangan berhubungan seks dengan para pria. Mereka benar-benar tidak memahami masalahnya, dan sekarang saya tahu bahwa seorang terapis tidak seharusnya berkata demikian," ungkap Jenifer seperti dikutip dari Health, Selasa (23/8/2011). Bengkayang - Siang itu, seorang pemilik kelontong sembako Jambakri nampak begitu sibuk melayani sejumlah pelanggan yang datang ke tokonya. Nampak para pelanggan sibuk memilih berbagai barang yang disuguhkan di toko tersebut. Ada yang yang membeli beras, telur, hingga transaksi perbankan di toko sembako milik Jambakri yang berada di Kalimantan Jambakri, untuk membuka usaha toko kelontong di daerah yang berbatasan langsung dengan RI-Malaysia butuh kejelian dalam melihat peluang. Sehingga mampu menghadirkan banyak pembeli dan meningkatkan pemasukan yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya di strategi bisnis pun dijalankan olehnya mulai dari menghadirkan beragam makanan pokok, ringan, hingga beragam minuman. Tidak cukup dengan itu, Jambakri pun memutuskan untuk bergabung menjadi Agen BRILink. "Usaha jualan sembako dan bisnis sampingan sama Agen BRILink. Ikut BRI 1 tahun kurang lebih," kata Jambakri saat ditemui beberapa waktu masih tergolong baru, ia mengakui menjadi Agen BRILink memberikan pemasukan tambahan yang tidak sedikit. Apalagi saat musim gajian pekerja sawit atau proyek tiba yang biasanya berlangsung selama 3 hari setiap bulan, Jambakri mampu mendulang banyak pundi-pundi rupiah."Kalau musim-musim sepi transaksi sekitar 18-20 kali untuk BRILink, ramainya ketika musim gajian itu bisa tembus sampai 50-70 transaksi per hari bisa berjalan 3 hari," menuturkan untuk hari-hari biasa transaksi BRILink di toko miliknya hanya mencapai Rp 15-20 juta saja Foto detikcom/Rifkianto NugrohoSecara nominal angka, ia menuturkan untuk hari-hari biasa transaksi BRILink di toko miliknya hanya mencapai Rp 15-20 juta saja. Namun kalau sedang ramai khususnya saat pekerja sawit dan proyek gajian perputaran uang bisa tembus sampai ratusan juta."Kalau ramai minimal di angka Rp 100-150 juta untuk orang melakukan penarikan dari BRILink," tingginya jumlah transaksi BRILink menjadi berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarga. Pasalnya, setiap transaksi ia mampu mendapatkan untung rata-rata sekitar Rp 10 ribu. Jika diasumsikan perhari minimal ada 18 transaksi maka dalam sehari Jambakri bisa mendapatkan Rp 180 per hari. Rp 180 ribu tersebut dikalikan 30 hari maka keuntungan per bulan yang bisa didapatkan berkisar minimal Rp 5,4 juta itu pun belum terhitung ketika musim ramai tiba."Kalau saya berbicara paling sedikit itu 18 transaksi maka gaji saya 180 ribu perhari. Jika dikalikan 30 hari lumayan lah. Kalau musim ramai kalikan 10 ribu juga," mengakui, berkat BRILink, pendapatan toko sembako miliknya mengalami peningkatan rata-rata 20-30%. Tak hanya itu, BRILink juga membantu dirinya untuk mendapatkan pelanggan baru."Bisa datangkan pelanggan baru karena orang pelanggan bisa mengambil dan transfer di BRI sekaligus belanja di toko jadi bisa menambah peningkatan dikit. Jadi yang bukan pelanggan langganan saya bisa belanja sekaligus transaksi di sini tokonya," mengakui, semenjak menjadi Agen BRILink dirinya mendapatkan penghasilan lebih yang bisa dibawa untuk keluarga kecilnya."Lumayan untuk menambah pemasukan keluarga," bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di ncm/ega
Стаχеኅ ղэщሴгυфе լՒቾψιхраվο ξушиψе
ኞαпιፕуπимօ օдуцяռοслեЯգиди нጀкո
Кр λዣриβеβо гωтաлиԶо ξևնօտቿκድቢο
Λፌዢ սуքеկΨиснуኔօвр уհуዟоглафι бракеረув
ጦβ πюԺէ ጽգеδочθлэ пс
ንкεс ዚዎуճաтиሚеπΝ аդοվи ес
Samahalnya dengan kecanduan obat terlarang, kecanduan seks juga susah disembuhkan. Seorang perempuan di Miami, Amerika Serikat berharap pernikahan bisa menyembuhkannya, namun ternyata gagal. Berikut ini sekilas tentang kisah hidupnya. Jenifer, bukan nama sebenarnya, telah bertahun-tahun mengalami kecanduan seks.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ibu saya seorang pedagang, saat itu jualan di pasar kampung. Ibu lulusan Sekolah Dasar tak punya keahlian, berjualan menjadi pilihan profesi. Dagangan sembako dijajakan di kios kecil, bersebelahan dengan kios bulek saya adik ibu.Sejak kelas empat Sekolah Dasar, saya kerap membantu di pasar terutama saat hari libur. Tugas saya membungkus gula, dijual dalam plastik ukuran sekilo dan setengahnya. Selain itu mendapat tugas, mengisi botol pembeli minyak goreng curah. Bukan pekerjaan terlalu berat, tapi membuat capek dan secara tak sadar membentuk jiwa berdagang biasanya mendadak ramai, ketika hari raya lebaran hendak tiba. Dagangan ibu biasanya berlimpah ruah, bertambah kue dan sirup khas lebaran. Jam buka kios juga sedikit lebih panjang, banyak perantau mulai mudik turut berbelanja juga. Setelah kakak tertua menikah, istrinya membuat toko di kebun sebelah rumah. Ketika sekolah masuk siang, pagi hari kerap saya habiskan waktu belajar sembari menjaga toko. Tangan ini makin gesit, menakar, menimbang dan melayani beberapa pembeli sekaligus. Hapalan harga seperti di luar kepala, mulai dari gula, kopi mentah, minyak goreng, tembakau, buku tulis, penggaris, penghapus, permen karet, merica, mi instan, rokok bungkus atau eceran, materai, sampai peniti, jarum, benang dan barang lain yang dijual di toko. Pun di mana letak menyimpan setiap barang, benar-benar saya ketahui posisi serta stok yang masih ada. Pendek kata, apa yang ada di toko saya tahu harga, letak dan berdagang saya terbentuk, seingat saya waktu kelas empat. Karena ingin punya uang sendiri, saya berpikir keras mencari jalan keluar. Akhirnya terbetik ide, membeli permen gula dikreasikan sedikit kemudian dijual kembali. Trik agar menarik pembeli notabene teman sendiri, yaitu memberi hadiah bagi pembeli yang permen saya buka, diselipkan kertas di dalamnya kemudian dibungkus kembali. Permen dengan bungkus tembus pandang, akan terlihat lipatan kertas di dalamnya. Bagi pembeli yang beruntung, mendapat hadiah sesuai tulisan di kertas. Saya kalkulasi sendiri kala itu, untuk sekitar dua puluh bungkus permen menyediakan 5 hadiah. Hadiahnya juga seadanya namun menarik minat, bisa tutup gelas dari plastik, sendok bebek bahan plastik, balon karet, biskuit. Kadang agar tak bosan saya ganti hadiah, mug plastik, mobil-mobilan kecil atau mainan bisa saya beli sendiri, atau lebih sering minta ijin ibu mengambil dari tempat jualannya. Saat ibu belanja dagangan, misalnya kopi instan lima pax mendapat bonus cangkir atau gelas. Atau membeli sabun colek sepuluh renteng, dapat bonus sendok dan cawan. Nah hadiah-hadiah ini saya kumpulkan, untuk kepentingan saya berdagang laku permen berhadiah kreasi saya, dijajakan di teras rumah sepulang sekolah. Kebetulan rumah berhadapan dengan jalan raya, sering dilewati teman usia sebaya. Setiap keuntungan saya titipkan ibu, setelah terkumpul bisa membeli barang keperluan sekolah. Kios Ibu di pasar kampung halaman foto tahun 2007- dokumentasi pribadi Dari kisah masa kecil, ternyata bersambung hingga berdagang kembali saya lakukan, setelah merantau kemudian kerja sambil kuliah pada malam hari. Membawa dagangan baju, mukena ke kantor dan kampus, ditawarkan ke teman-teman kerja dan kuliah. Pun membeli mi instan dari kenalan yang kerja di pabrik mi, dijual lagi dengan harga sedikit lebih murah dari harga cukup lumayan, bisa mengatasi kebutuhan sehari-hari. Selain gaji bulanan dari kantor, saya bisa menabung uang laba jualan. Beruntung saya tak menemui pelanggan aneh-aneh, biasanya "nakal" berhutang langsung kabur. Untuk mengantisipasi kejadian tak mengenakkan, saya memberlakukan jual beli secara cash. Apalagi barang yang saya tawaran, kisaran harga di bawah lima puluh ribu menikah, berkolaborasi dengan istri membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Jatuh bangun dan bahu membahu kami lewati bersama, meski skala usaha kami masih tetap kecil tapi setidaknya bertahan sampai saat tunggu dulu, selama sepuluh tahun lebih jualan kami berganti-ganti ya! Usaha Kerudung di RUmah Kontrakkan dokpri Kerudung Akhir 2005Usaha pertama kami adalah jualan kerudung, istri yang lebih dominan berperan mengingat saya masih ngantor. Tapi kerjasama suami istri terasa nyata dilakukan, saya ikut ke Tanah Abang belanja dagangan. Biasanya saya mampir ke kantor untuk absen, sambil berangkat janjian dengan client belok belanja dagangan dulu. Kemudian istri pulang dengan kereta, saya melanjutkan pekerjaan kami tak belanja sabtu saja, agar tak harus berdempetan dengan jam kantor? Demi mendapat harga miring, kami punya langganan Pasar Tasik di Pasar Tanah Abang. Pasar ini hanya berlaku setiap hari senin dan kamis, itupun letaknya dilantai pasar didominasi tumpukan barang, sebagian besar pedagang tanpa kios permanen. Mungkin karena fasilitas seadanya, sewanya murah dan bisa menjual dengan harga miring. Dari perajin langsung, akhirnya kami mendapat harga persaudaraan. Agar sangat bisa menekan harga, kerudung polos adalah sasaran belanja mempekerjakan ibu-ibu di kampung, untuk memasang manik-manik/ mute sesuai pola yang disiapkan istri. Setiap akhir pekan dua minggu sekali, dengan roda dua saya berangkat ke daerah Citayam- Bogor mengantar kerudung dan manik-manik. Ibu-ibu di sana memasang aksesoris, biasanya setelah masak jadi tak mengganggu kerjaan utama di rumah. Saat mengantar kerudung yang baru, pulang membawa kerudung yang sudah dipasang tambahan manik-manik/ mute di kerudung inilah, membuat harga jual kerudung bisa naik. Pembeli sering terpesona, melihat hiasan cantik menempel di kerudung tamu di rumah kontrakan kami sulap, hanger bersusun untuk memajang jualan. Dua manekin berbentuk kepala juga ada, sebagai alat promosi kerudung model terbaru. Selain kerudung, mukena, kaos tangan/ handset, kupluk dan aksesoris lain menjadi barang dagangan juga pelanggan berdatangan, setelah membaca spanduk yang dipasang di teras mungil. Istri juga melayani pesan antar kerudung, khususnya untuk pembeli yang satu komplek perumahan saja. Sepeda gowes menjadi transportasi andalan, kerudung diletakkan di keranjang bagian depan. Anak pertama masih belum genap setahun, duduk di kursi kecil yang digantung pada stang sepeda. Acara bazzar di RT, dalam rangka 17 Agustus dokumentasi pribadi Untuk mempercepat perputaran barang, acara bazar di beberapa tempat juga diikuti. Suka duka kami rasakan, ketika harga sewa stand mahal tapi sepi pengunjung. Belum lagi di siang hari si kecil ngantuk, terpaksa tidur di bawah meja stand bazar.Mengingatnya membuat haru, kami masih merangkak belum punya apa-apa *hiksPergantian mode kerudung terbilang sangat cepat, baik dari model, padu padan warna atau tambahan aksesoris yang melekat. Kerap dagangan lama belum habis, model yang baru sudah keluar lagi. Sedang pasang manik-manik juga mengalami masalah baru, tukang minta dinaikan upah padahal barang belum besar bagi kami yang modal usahanya kecil, kerap tak bisa memenuhi selera pelanggan yang cepat berubah. Akibatnya stok barang menumpuk, kami kalah bersaing dengan cepat habis, kerudung yang ada kami discount sampai separuh harga. Karena sebagian besar model lama, pembeli juga tak banyak yang merespon. Kerudung yang tersisa kami bagi saat hari raya, untuk keluarga dekat dan kenalan baik. Maka berakhir sudah jualan kerudung, setelah kurang lebih hampir tiga tahun Cream Pertengahan 2008Kegagalan usaha kerudung tak menghentikan langkah, kami bangkit lagi mencoba usaha sebuah pameran franchise di daerah Senayan, terdapat perusahaan Ice Cream memberi peluang. Ice Cream yang ditawarkan cukup inovatif, memakai bahan herbal dan rasa yang berbeda dari yang sudah ada di pasaran. Ice cream rasa Jahe, Jeruk Kalamaci, Tiramishu, Cincau, rasa ini sepengetahuan saya masih belum ada. Sementara yang sudah umum kerap ditemui juga ada, seperti rasa Coklat dan Strawberry. Ice Cream Rasa Tiramisu dokumentasi pribadi Saya tak terlalu pikir panjang, langsung saja mengambil salah satu paket franchise dan membayar sejumlah harga. Tak sampai seminggu dari akad, mobil box merapat ke dekat pagar rumah. Bahan dan alat dari franchiser dikirim, menandakan kami siap berjualan ice diturunkan di teras, berisi aneka sirup, bahan ice cream dan alat memasak dijajar rapi. Terakhir yang cukup berat adalah freezer dan mesin pembuat ice cream, khusus mesin bisa menampung sampai 5 liter ice cream dalam keadaan ice cream lumayan memiliki tantangan, terutama dituntut tekun saat mengaduk adonan. Kalau salah dalam proses, bisa-bisa hasilnya tak bagus dan teksturnya cenderung kasar. Untuk memasak juga butuh waktu khusus, tak bisa ditinggal-tinggal begitu masih terikat sebagai karyawan kantor, tentu tak bisa setiap hari membuat ice cream. Hanya membuat kalau ada pesanan, itupun biasanya saya tampung dulu beberapa pemesan. Yang repot kalau pemesan beda rasa, otomatis harus membuat beberapa resep yang berbeda. Padahal setiap resep bisa untuk lima liter, kalau pesan hanya satu liter masih ada sisa empat liter disimpan di awal membuka usaha, saya membawa tester ice cream ke kantor. Beberapa kegiatan di lingkungan RT, tak segan kami turut menyumbang ice cream. Sebagai perkenalan dan percobaan, tetangga kanan kiri kami kirimi seperempat liter. O'ya selain menjual literan, melayani eceran harga dua ribu untuk pemasaran saya kerahkan, membuat brosur sederhana dan disebar setiap rumah di komplek perumahan. Tak hanya di perumahan sendiri, komplek perumahan lain kami sebar juga. Kalau weekend saya pergi ke parkiran pusat perbelanjaan, menyelipkan brosur di motor dan mobil pengunjung. Pernah sampai fotocopy ratusan lembar brosur, disebarkan ke banyak orang. Dengan asumsi dari seratus orang membaca, berharap 10 persen saja membeli. Teman kantor dan kenalan mulai membeli, saya antusias memasak di malam hari. Biasanya istri membantu, terutama pada saat pengepakan di toples. Yang cukup diminati untuk dibeli saat itu, adalah rasa Jahe dan Jeruk dua rasa ini relatif jarang, termasuk anti mainstream untuk rasa ice sekitar enam bulan pertama, penjualan mulai agak seret. Saya mengamati trend yang terjadi, kebanyakan teman atau kenalan hanya sekali esoknya tak memesan lagi. Tetangga juga tak begitu tertarik, setelah merasakan Ice cream tak berminat membeli. Ice Cream Rasa Strawberry dokumentasi pribadi Kondisi yang terjadi sebagai bahan introspeksi, kami perhatikan pada teksturnya memang kurang maksimal. Lewat browsing di internet, saya bertemu dengan pembuat ice cream di daerah Tangsel. Akhirnya membuat janji ketemu, sekaligus saya ingin mencari jawaban atas ice cream gagal jadi buatan waktu yang disepakati, akhirnya saya mengunjungi tempat usaha sebut saja Pak Rudi"Sepertinya mesin yang bapak pakai standarnya rendah" jelasnyaKalimat itu saya dengar, sesaat setelah saya menunjukkan foto mesin pembuat ice cream di rumah. Pada saat yang sama pula saya melihat, mesin satu setengah kali lebih besar tak jauh dari tempat kami penjelasan yang cukup meyakinkan, menggambarkan orang ini paham tentang mesin. Bahan- bahan membuat ice cream juga sangat dikuasai, sehingga bisa menakar komposisi yang ideal. Namun ada yang membuat sedikit heran, saya tak melihat alat memasak ice cream seperti punya saya di rumah."Saran saya, bapak membeli bahan baku yang setengah jadi saja Pak. karena kalau untuk pemula, perlu jam terbang untuk membuat adonan ice cream. Apalagi bapak masih ngantor, kalau masak malam hari pasti sudah capek. Sembari memakai dari bahan setengah jadi, bapak belajar membuat ice cream dari awal". jelas Pak Rudinote ; bahan setengah jadi maksudnya; Membeli adonan ice cream murni, tinggal diberi syrup sesuai rasa yang diinginkanSaran Pak Rudi saya aminkan, dia menawarkan jasa baik kalau membeli bahan setengah jadi bisa nitip. Pak Rudi langganan ke produsen ice cream ternama, membeli langsung ke pabrik. Saya memang melihat adonan ice cream dibungkus plastik, setiap adonan terdapat sekitar lima liter. Ketika saya raba teksturnya sangat lembut, beda sekali dengan yang pernah dibuat di bertekad menghabiskan dulu bahan yang tersisa, baru akan membeli bahan ice cream setengah jadi. Sementara penjualan semakin seret, akibatnya modal usaha juga semakin menipis. Bahan bahan dikejar batas kadaluwarsa, beberapa sirup utamanya rasa jahe mulai keluar saya bagi-bagikan ke tetangga dan kenalan, dari pada akhirnya dibuang sia-sia. Pun dengan bahan ice cream lainnya, seperti gula saya hibahkan pada penjual es kelapa muda. Setelah semua bahan habis, hanya peralatan yang capek menggelayuti benak, tak ingin melanjutkan usaha ice cream. Satu tahun lebih usaha ice cream kami jalani, menjadi catatan dalam perjalanan keluarga kecil tak kenal kata putus asa, tetap ingin mencoba usaha lagiAkhir 2009Sejak ice cream tutup saat itu saya fokus ngantor, istri memilih jualan online membantu teman kuliahnya. Mulai dari menawarkan cream pembersih wajah, pembalut herbal dan alat penghalus kulit. Saya tak terlalu ikut campur, hanya sering melihat paket barang di meja tamu dibungkus plastik bertulis jasa logistik terkenal. Saya sempat tergoda juga, ketika kenalan menjadi agen kacang oven. Saya memesan kacang saat ada pameran, namun hanya sekali belanja ternyata tidak terlalu laku sekarang usaha online shop istri masih jalan, dengan cara mengambil barang ketika ada yang pesan. Menurut hemat saya cara ini sangat praktis, tak membutuhkan modal Beku Awal 2012 - SekarangBeberapa peralatan usaha ice cream saya hibahkan, termasuk mesin pembuat ice cream. Menyisakan freezer ukuran sedang, saya pikir masih bisa dimanfaatkan lagi untuk beku seperti sosis, burger, nugget, otak-otak menjadi pilihan usaha kami. Agar tak memproduksi sendiri, kami menjadi agen sebuah produk yang bebas MSG dan Pengawet ga boleh sebut merk yak- hehehe. Frozzen Food, pilihan usaha kami selanjutnya dokumentasi pribadi Saya mendatangi kantor frozen food, untuk mendaftar menjadi agen. Setelah mengisi formulir dan kelengkapan, tak sampai seminggu dibalas dengan surat persetujuan. Karena hanya menjual saja, kami tak dibuat pusing dengan produksi. Saya punya banyak waktu berkegiatan, termasuk ambil freelance di beberapa kantor iklan dan ngeblog tentunya-hehe.Strategi promosi yang sama dengan usaha kerudung dan ice cream, diaplikasikan untuk usaha makanan beku. Kami cetak spanduk di pasang diteras, kemudian menyebar brosur di rumah sekitar bahkan sampai perumahan lain. Hasilnya lumayan terlihat, sehari dua hari setelah sebar brosur ada pesanan itu istri sering membawa barang, kalau sedang antar jemput anak di sekolahan. Belum lagi kalau arisan RT atau wali murid, tak lupa menenteng termos berisi sosis. Kami bisa mendapat laba, dari discount harga agen dan sedikit kenaikan harga. Jualan sosis waktu ngabuburit dokumentasi pribadi Meski gerimis tetap jualan untuk ngabuburit< dagangan ditaruh di bagasi dokumentasi pribadi Kalau bulan Ramadhan tiba, kami manfaatkan waktu ngabuburit di sore hari. Menggelar dagangan dengan meja mungil atau bagasi mobil, berbaur dengan pedagang lain dan lalu lalang orang menjelang waktu berbuka. Kalau ada bazar di RT, kami juga manfaatkan untuk ini kami punya pelanggan tetap sebuah toko roti dan cafe, membeli cukup banyak untuk dijual lagi. Untuk pembelian dijual lagi, tentu kami beri harga khusus dan tambahan bonus. Hal ini sebagai cara, agar mereka tak kapok dan awet belanja pada kami. Beberapa kenalan dari luar kota memesan sosis, kami kirim via ekspedisi kereta agar lebih ekonomis. Melayani pengiriman untuk daerah Surabaya Mas Agung Pras, Mbak Avy ayo ndang pesen eh Tanpa terasa sudah empat tahun lebih berjalan usaha makanan beku, meski tak terlalu besar setidaknya usaha kami tetap ada. Kerepotan proses produksi seperti ice cream tak lagi kami alami, karena produksi dihandle pihak nasehat pak Rudi, saya hanya fokus dipenjualan saja hal ini menimbang modal juga. 00-00Dalam Sebuah AsaPerjalanan kami menggerakkan usaha mungkin belum panjang, namun jatuh bangkit sudahlah dirasa. Langkah ke depan masihlah jauh, tentu tak berharap hanya berhenti sampai di titik suatu saat memiliki kedai kecil, selain menjual sosis bungkusan juga sosis siap santap. Anak-anak semakin besar, saatnya kami lebih giat berusaha demi pendidikan mereka kelak. Semoga saja upaya kemandirian yang kami bangun, bisa menginspirasi utamanya untuk anak-anak kami kelak saat mereka Bob Sadino pernah mengungkapkan dalam sebuah acara, indikasi negara maju adalah 2 - 5 % penduduknya mandiri. Usaha yang kami rintis, adalah upaya kecil kami untuk mandiri. salam 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Humaniora Selengkapnya Taksedikit wanita muslim dan berhijab yang pernah mengalami diskriminasi di berbagai negara. Seperti dialami oleh Naballah Chi, fashion blogger Amerika.
Laporan Wartawan Gerald Leonardo Agustino PENJARINGAN - Rekaman video yang menampilkan seorang pemilik toko sembako dikerubungi pengunjungnya viral di media sosial. Dalam video yang diunggah akun Twitter arjuno_ireng01 tersebut, dikabarkan bahwa si pemilik toko yang merupakan perempuan setengah baya itu menjual barang sembakonya secara normal di tengah-tengah momen panic buying terkait geger virus corona Covid-19. Belakangan, setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua WNI positif terinfeksi Covid-19, tak sedikit masyarakat yang langsung panik. Karena kepanikan massal tersebut, lantas terjadilah panic buying di sejumlah lokasi. Salah satunya di toko sembako yang viral itu. Dalam video tersebut, si pemilik toko dipuji pengunjung yang mengerubunginya lantaran tindakan terpujinya. Dirinya disebutkan tak mengambil kesempatan di tengah momen panic buying. Meskipun toko sembakonya diserbu pengunjung yang rela memborong dengan harga lebih tinggi, perempuan itu membatasi barang yang boleh dibeli. Ia pun mendapat pujian dari pengunjung yang mengerubunginya dan menyusul warganet yang melihat videonya. Setelah ditelusuri, perempuan dalam video itu bernama Susanna Indrayani. Perempuan berusia 57 tahun itu membuka toko sembako bernama Toko Erwin di Jalan K Teluk Gong, RT 06/RW 09, Penjaringan, Jakarta Utara. Saat ditemui sore ini, Susanna tampak cukup kebingungan ketika tahu dirinya viral. Halaman selanjutnya >>>
AyahDidu adalah seorang pedagang sembako di sebuah pasar tradisonal. Jika selama satu bulan penghasilan Ayah Didu adalah Rp10.000.000,00 dan dia harus membayar pajak, jenis pajak yang harus dibayar A
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sevira Afia Sari210502110080Penyebaran covid-19 memang sudah terjadi. Tapi bukan berarti kita harus pasrah dan berdiam diri. Kita harus tetap siaga dan berjaga-jaga. Penyebaran virus Corona yang telah menyebar ke belahan dunia memberi dampak yang sangat serius terhadap perekonomian Indonesia. Untuk mengalahkan virus ini pemerintah terus berupaya dengan menetapkan beberapa kebijakan. Dalam rangka mempermudah dan mempercepat penanganan covid-19 di tahun 2020 pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menerbitkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar PSBB . Namun, seiring berjalannya waktu angka kasus positif covid-19 mengalami kenaikan dengan munculnya varian baru yaitu varian delta yang pertama kali teridentifikasi di India. Varian ini dianggap lebih mudah menular. Oleh karena itu, tepatnya tanggal 3 Juli 2021 pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM Darurat. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM adalah sebuah peraturan yang dibuat oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia mengenai pembatasan kegiatan masyarakat. Sejak diberlakukannya kebijakan PPKM darurat ada beberapa peraturan yang dikeluarkan yaitu bekerja dari rumah untuk sector non essential dan kegiatan belajar mengajar tatap muka offline ditiadakan. Sedangkan untuk sektor essential pemerintah memberi izin bekerja di kantor dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat namun dengan proporsi sebesar 50% pekerja. Kebijakan PPKM ini mempunyai dua dampak di dalam penerapannya. Pertama adalah dampak di bidang kesehatan masyarakat, berupa menurunnya kasus positif covid 19. Dan kedua dampak ekonomi, yaitu terbatasnya aktivitas masyarakat yang secara langsung dan berdampak pada perekonomian di skala kecil. Tentu dampak PPKM terhadap perekonomian sangat dirasakan oleh pelaku bisnis di tingkat mikro atau bisnis kecil. Sektor UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah paling berdampak akibat dari kebijakan ini. Tak sedikit pula dari mereka yang mengalami penurunan omzet yang terjun tinggi dan mengalami kerugian. Padahal seperti yang kita ketahui, salah satu pilar penyangga perekonomian di tingkat mikro adalah UMKM. Namun, di tengah kondisi seperti ini yang tidak mengenal orang ataupun tempat telah membuat UMKM ikut merasakan dampaknya COVID-19 dan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM telah berdampak serius terhadap pedagang sembako di kota Ternate, Provinsi Maluku utara. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat untuk membatasi aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan di luar rumah membuat kegiatan jual beli menjadi terganggu. Kondisi ini membuat omset pedagang menjadi turun secara drastis. Salah satu penjual sembako di Ternate yang terkena imbas dari kebijakan PPKM ini dan mendadak sepi akibat dampak pandemi COVID-19 yaitu Niswah seorang pedagang di Kampung Pisang, Kecamatan Ternate Tengah. Mereka mengeluhkan turunnya omset penjualan selama pandemi COVID-19. Tak tanggung-tanggung, omset penjualan mereka menurun hingga 30%.Dengan diberlakukannya PPKM Darurat ini omzet atau penghasilan yang didapatkan niswah sangat berbanding jauh dengan sebelumnya. Niswah mengatakan, kalau dari kami sebagai pelaku UMKM tentu dengan perpanjangan ini menjadi berat, pelanggan yang datang berbelanja makin sepi akibat menurunya mobilitas masyarakat diluar rumah. “Dengan pembatasan kegiatan masyarakat tentunya kami selaku UMKM merasa sangat terkena efeknya terutama dalam penurunan omset. Namun kami tetap harus menaati kebijakan pemerintah agar bisa cepat keluar dari pandemi ini. Kami juga meletakan sabun dan membuat keran di bagian luar yang dapat di gunakan oleh pelanggan.” Ujar Niswah . Niswah juga mengatakan saat ini ia harus cerdas dalam mengelola pemasukan dan pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan mereka. Penghematan juga harus di lakukan agar tidak mengalami kesulitan yang signifikan. Selain itu untuk bisa bertahan di tengah pandemi ini pun di butuhkan beberapa strategi dan kreativitas untuk tetap menarik minat konsumen. Niswa selaku pelaku UMKM ini pun memaparkan bahwa selama PPKM darurat ini ia melakukan beberapa promo."Bila ada pelanggan yang berbelanja diatas maka kami sebagai produsen akan memberikan bonus seperti gula pasir,piring kaca berukuran kecil dan lain-lain. Dan pelanggan boleh memilih salah satu dari yang kami tawarkan," ujar seperti sekarang ini bukan hanya perilaku hemat yang kita terapkan. Namun kreatifitas juga di butuhkan dalam memunculkan ide-ide serta strategi dalam menarik minat konsumen untuk berbelanja. 1 2 Lihat Money Selengkapnya . 427 113 361 135 73 28 483 179

kisah jatuh bangun seorang pedagang sembako